Penerjemah menurut saya bukan sekadar jabatan atau status saja. Kita tidak bisa mengatakan diri kita sebagai penerjemah kalau kita bahkan tidak ingat kapan terakhir kita menerjemahkan.
Sebagaimana bagian tubuh kita lainnya yang perlu selalu kita gunakan agar tetap sehat, otot menerjemahkan juga menurut saya harus selalu kita gunakan untuk menjaga kebugarannya.
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menggunakan otot menerjemahkan kita. Hanya karena kita tidak ada kerjaan penerjemahan tidak berarti kita tidak bisa menerjemahkan. Bagi saya, menerjemahkan adalah rutinitas yang harus selalu dilakukan.
Untuk saya, apabila tidak ada kerjaan menerjemahkan, saya banyak menghabiskan waktu di komunitas TED Translators. Di komunitas ini, para penerjemah membantu TED untuk menyebarkan ide-ide baru dengan turut menerjemahkan subtitle video-videonya ke bahasa Indonesia. TED ini nirlaba jadi kita menerjemahkan secara sukarela tanpa dibayar.
Setiap pagi paling tidak saya berusaha menerjemahkan, mengedit, atau menyetujui hasil terjemahan subtitle TED 15 hingga 30 menit. Latihan singkat ini cukup menghangatkan jari-jari dan menjaga stamina menerjemahkan saya.
Subtitle video yang telah disetujui biasanya akan langsung diterbitkan di situs TED dan di kanal Youtube TED beberapa hari setelahnya. Ini juga nilai lebih buat penerjemah kalau bisa melihat karya dan namanya dicantumkan di video, serta memudahkan orang-orang Indonesia yang ingin menonton video tersebut dengan subtitle.