Apakah kita sudah terjebak di lingkaran setan ini? Karena tarif terjemahan yang kita pasang terlalu murah, kita jadi kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akibatnya, kita lembur 22 jam sehari (yang 2 jam untuk ke kamar mandi), melebihi batas kewajaran. Hasil terjemahan menjadi tidak wajar pula. Rasa kantuk dan lelah mendorong kualitas terjemahan kita ke titik terendah. Dari situ jalan semakin menurun, karena kualitas rendah, tarif kita semakin ditekan rendah oleh klien, dst.
Mengatasi masalah ini tidak bisa hanya mengharapkan belas kasihan dari klien untuk menaikkan tarif kita. Sampai kapan pun yang namanya klien pasti akan cari penerjemah terbaik dengan tarif termurah untuk mengoptimalkan pengeluaran mereka. Kodratnya memang seperti itu. Yang bisa kita utak-atik ya dari kita sendiri. Sebagai penerjemah kalau ditawari pekerjaan dengan tarif yang kelewat rendah oleh klien apakah kita berani menolaknya?
Wah Ini kami dulu merasakan hal ini, karena dari kompetisi bahasa inggris sangat padat jadi untuk mendapatkan portofolio pada awalnya kami harus berkompetisi terhadap harga, tapi kemudian kami mulai meningkatkan biaya
Komentar by Muhammad Badrul Haq — 29/03/2016 @ 15:35