Ade Indarta tentang menjadi seorang penerjemah

10/12/2011

Menghadapi Editor dengan Elegan

Filed under: Uncategorized — Tag: — Ade @ 07:00

Siapa itu editor?

Ada 3 macam editor yang biasanya bekerja dengan agensi: editor agensi, editor lepas, dan editor klien.

Editor agensi berarti penerjemah/editor karyawan agensi. Editor lepas berarti penerjemah lepas yang biasa bekerja untuk sebuah agensi dan dipilih oleh agensi itu untuk mengerjakan tugas mengedit dalam sebuah proyek. Hampir tidak ada pekerja lepas yang bekerja khusus sebagai editor saja. Biasanya yang menjadi editor lepas adalah penerjemah lepas.

Editor klien biasanya karyawan perusahaan klien akhir. Dalam perusahaan yang besar atau yang memiliki departemen penerjemahan sendiri, editor ini biasanya memang bekerja sebagai penerjemah/editor. Namun lebih seringnya editor ini sekadar dipilih dari salah satu karyawan perusahaan yang kebetulan bisa berbahasa Indonesia.

Bagaimana agensi memilih editor?
Editor klien tentunya ditentukan oleh klien akhir sendiri. Agensi biasanya tidak campur tangan dalam melakukan pemilihan. Jika tidak memiliki penerjemah/editor sendiri, klien akhir biasanya akan memilih karyawan yang dianggap mempunyai pengetahuan lebih tentang produk perusahaan tersebut (bukan karena pengetahuan bahasa atau keterampilan menerjemahkan), misalnya karyawan bagian marketing yang ada di Indonesia atau bagian lain yang kebetulan orang Indonesia.

Untuk editor agensi, pemilihan biasanya hanya sekadar berdasarkan alasan praktis saja, misal apakah ada cukup sumber daya internal untuk mengerjakannya, atau apakah proyek itu prioritas agensi atau bukan. Apabila terjemahan yang harus diedit terlalu besar dan tidak mungkin dikerjakan oleh karyawan agensi, agensi akan mengirimkannya ke editor lepas untuk diedit.

Untuk editor lepas, ada beberapa hal yang biasanya dijadikan pertimbangan oleh agensi:
– Yang bersangkutan sudah ada dalam basis datanya
– Yang bersangkutan menguasai subjek materi untuk proyek itu (pengalaman)
– Yang bersangkutan mempunyai rekam jejak kualitas yang bagus (riwayat proyek, hasil evaluasi, masukan dari klien akhir, dsb)
– Yang bersangkutan sanggup memenuhi jadwal proyek

Bagaimana peran editor dalam proyek terjemahan?
Peran editor sangat tergantung pada proses proyek penerjemahan itu. Sebuah proyek bisa melibatkan mulai dari satu orang saja (penerjemah lepas) hingga tiga orang (penerjemah lepas, editor agensi, dan editor klien) atau bahkan lebih. Pemilik proyek dapat memberikan wewenang yang berbeda kepada seorang editor. Tanggung jawabnya bisa mulai dari menemukan dan mengoreksi kesalahan terjemahan, memastikan penggunaan istilah yang tepat, sampai mengubah gaya terjemahan secara keseluruhan.

Di antara jenis editor yang disebutkan tadi, editor klien biasanya mempunyai wewenang yang paling besar untuk menentukan hasil akhir sebuah terjemahan. Editor klien adalah bagian dari klien sebagai pemilik proyek sehingga bertanggung jawab penuh terhadap dampak proyek itu. Dalam praktiknya, masalah yang sering muncul adalah kurangnya penguasaan keterampilan penerjemahan oleh editor klien ini. Idealnya, wewenang editor klien ini hanya dibatasi pada penggunaan istilah atau gaya saja, dan tidak menyentuh masalah linguistik.

Tanggung jawab editor agensi dan editor lepas seringnya lebih fleksibel. Agensi bisa menentukan wewenang editornya tergantung kebutuhan. Misal, jika editor yang biasanya mengerjakan sebuah proyek berhalangan, mereka bisa saja meminta penerjemah lain untuk mengedit proyek tersebut dengan mewanti-wanti agar hanya mencari kesalahan terjemahan/ketidakakuratan dan tidak mengubah-ubah istilah atau gaya terjemahan yang digunakan untuk menghindari ketidakkonsistenan.

Bagaimana cara menghadapi editor?
Sebelum memulai proyek, kita harus selalu menegaskan proses yang digunakan. Beberapa hal yang perlu diperjelas misalnya:
– Siapa yang akan menjadi editor, apakah dari agensi, penerjemah lepas, atau dari klien?
– Sebesar apa wewenang editor nantinya ?
– Bagaimana jika terjadi perbedaan pendapat dan kedua pihak merasa benar?
– Siapa yang akan memberikan keputusan akhir?
– Adakah proses untuk mengangkat perselisihan ke pihak ketiga?
– Bagaimana prosesnya jika terjadi perbedaan pendapat masalah gaya?
– Apakah penerjemah berhak menolak jika koreksi hanya masalah gaya?

Dalam berkomunikasi dengan editor kita harus tetap bersikap profesional dan berprasangka baik. Editor pada dasarnya mempunyai cita-cita yang sama dengan penerjemah: menghasilkan terjemahan yang terbaik. Untuk menghindari kesalahpahaman, jika editor mengkritik terjemahan kita, minta ia menunjukkan kesalahannya dengan jelas. Jangan terima jawaban yang terlalu umum, seperti “terjemahan Anda jelek”, “bahasanya aneh”, dsb. Minta editor memberikan contoh, menjelaskan letak kesalahan serta pembetulannya, jika perlu.

Selalu gunakan bahasa Inggris (bahasa kerja) ketika menjelaskan. Jangan beri penjelasan yang hanya bisa dipahami oleh orang yang menguasai bahasa Indonesia. Contoh, “Your suggested translation ‘merah’ is incorrect. The correct translation should be ‘biru’”. Ini penting agar pihak ketiga baik dari agensi atau klien yang tidak mengetahui bahasa Indonesia bisa turut mengetahui duduk perkaranya jika nantinya diperlukan. Selain itu, jangan beri penjelasan yang tidak produktif, seperti “Your suggestion is incorrect. Please check your dictionary”. Jawaban ini akan tambah tidak produktif jika kemudian editor membalas dengan “My suggestion is correct based on my dictionary, please check YOUR dictionary.”

Hindari menulis jawaban yang panjang untuk menghemat waktu. Selalu gunakan kalimat yang efektif. Hindari debat kusir dengan editor. Kebanyakan kesalahan terjemahan cenderung mutlak dan tidak perlu diperdebatkan. Jika yang menjadi masalah adalah gaya yang cenderung subjektif atau preferensial, apabila tidak disyaratkan sebelumnya oleh klien/agensi baik melalui perintah, glosarium, atau panduan gaya, penerjemah berhak menolak memperbaiki jika tidak ada biaya tambahan.

Berikan argumen yang terukur, jelas, dan objektif. Hindari bantahan yang sekadar untuk membela diri. Sertakan data pendukung jika ada. Misal, jika yang dipermasalahkan adalah keakuratan terjemahan dan saran editor justru membuat terjemahan menjadi tidak akurat, kita bisa membantahnya dengan memberikan terjemahan baliknya (back translation). Untuk saran yang justru menyebabkan salah eja, kita bisa menyertakan tautan ke KBBI, misalnya, untuk menunjukkan ejaan yang benar.

Jika editor tetap bersikeras meskipun salah, tetap hindari debat kusir dan angkat masalah ke atasan editor (atau manajer proyek). Jika klien justru menuntut kita mengikuti saran editor yang salah, kita harus menyodorkan semua data dan argumen kita sebelum membiarkan klien mengambil keputusan. Semua komunikasi ini harus selalu kita dokumentasikan agar jika suatu saat hal ini kembali dipermasalahkan kita selalu punya dasar argumen untuk terjemahan kita. Memang ironis, tapi pada praktiknya, pemilik proyeklah yang paling berkuasa. Terjemahan tidak dipandang sebagai karya seni mutlak, tapi sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan suatu terjemahan bukan pada kesempurnaan terjemahan sebagai karya yang mandiri tapi sebagai sarana memenuhi tujuan itu.

Terakhir, sebenarnya yang paling penting dilakukan penerjemah dalam upaya menghadapi editor adalah dengan menerjemahkan sebaik mungkin agar terhindar dari kesalahan terjemahan. Jangan pernah menyisakan kesalahan dengan harapan akan dibetulkan oleh editor. Terjemahan yang benar tidak akan bisa disalahkan terlepas apa argumen editor sementara terjemahan yang salah akan tetap salah sekeras apapun kita berusaha membelanya. Editor tidak bangun di pagi hari dengan niat untuk membuat hidup penerjemah sengsara.

*Disajikan dalam Temu HPI Komp@k – Penerjemah vs Reviewer: Antara Benci dan Rindu, Jakarta, 10 Desember 2011

Powered by WordPress